Rabu, 24 April 2013

Separuh Kisah Kehidupan

Baiklah mari kita mulai. Bacalah dan tela’ah lalu bayangkan.
Coba bayangkan siapa saja yang pernah gagal didunia ini? Jawabnya pasti semua orang. Akan sangat lucu apabila kita hidup terlalu mulus tanpa goresan. Tak ada tangisan dan luka di dada. Sebesar apa rasa sakitmu, sebesar itu pula rasa senang yang kau dapat. Inilah kisahku.
Aku sangat sakit ketika melihat seorang anak kecil yang berada di pundak ayahnya. Kenapa? Karena aku tidak pernah merasakannya. Aku sakit ketika mengikuti berbagai perlombaan dan di situ penilaian dengan sistem juri, aku kalah. Salah satu murid jurinya menjadi juara padahal secara kualitas aku yakin murid sang juri itu tidak ada apa-apanya. Aku sakit saat mengikuti SNMPTN .
Kehidupan ini mengalir, setiap orang memiliki ceritanya masing-masing. Namun aku memilih menjadi yang mengalir itu karena apa akhirnya aku mengalaminya juga. Aku tak tau apa yang ingin aku jadikan sebagai motivasi. Pacar? Orang tua? Sahabat? Amarah? Aku tak mendapatkan motivasi itu. Aku hanya percaya pada hatiku.
Beberapa kegagalan kecil yang aku dapat sebelum kegagalan itu terbayar oleh kesuksesan.
1.       Aku gagal mendapatkan kasih sayang seorang bapak.
2.       Aku gagal menjadi teman yang baik.
3.       Aku gagal menjadi juara karena dicurangi.
Akhirnya, waktu kesuksesanku berakhir ketika aku bertemu dan harus bersaing dengan orang-orang hebat di masa SMA. Nilai-nilaiku yang aku banggakan tidak mampu menandingi nilai-nilai mereka. Aku terpuruk dan terkucilkan. Parahnya, aku mengucilkan diriku sendiri. Aku menoleh kesana-kemari agar bisa menjadi seperti mereka dan kupilih satu orang untuk menjadi model percontohan untuk hidupku karena nilai ulangannya yang selalu tinggi. Aku mulai meniru cara dia belajar yang selalu membawa buku kemana-mana dan menghafalkan setiap kata di dalam buku. Aku pikir dia orang yang tepat untuk dijadikan contoh. Ulangan harian berlangsung kembali namun nilaiku tetap saja seperti biasa. Aku gagal.
Akhirnya waktu kegagalanku di mulai ketika aku malas belajar untuk persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Aku gagal masuk universitas negeri di Jakarta. Aku mulai menjadi pecundang dan dikucilkan. Parahnya, aku mengucilkan diriku sendiri hingga aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku, pulau Belitung.
Banyak suara yang menyarankan aku untuk tetap kuliah dan aku turuti. Aku masuk ke lembaga pendidikan yang berbeda arah dari pendidikanku di SMA. Aku tak menyesal, hanya saja aku merasa kurang nyaman. Aku menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Namun tak satupun kegiatan yang berhasil ditanganku. Aku menyalahkan orang lain seolah aku ini jauh lebih hebat dari mereka. Aku pasrahkan saja karena kenyataannya jiwa kepemimpinanku tidak menonjol.
Semester kedua aku pasif berorganisasi di kampus karena aku sudah bekerja di salah satu dinas di kabupatenku. Pagi kerja dan sore hingga malam kuliah. Sampai dirumah badanku terasa remuk. Selama enam bulan keadaan itu berlangsung.
Hari itu kampus menginformasikan bahwa ada pemilihan Bujang Dayang Belitung Timur tahun 2012. Aku ikut seleksi dan lolos ke fase selanjutnya. Keesokkan harinya peserta yang lolos seleksi di minta untuk kembali. Namun apa yang aku dapat disana “Namamu tidak ada di daftar. Mungkin kemarin kamu salah dengar.” Padahal teman sekampusku juga mendengar kalau aku lolos seleksi. Setelah aku cari tahu ternyata salahku adalah tidak memakai high heels saat seleksi. Perasaanku yang sudah melambung tinggi terhempas jatuh kebumi. Aku merasa di khianati oleh kecurangan yang terang-terangan  berada di depan mataku. Aku hanya bisa DIAM.
Beberapa saat setelah itu aku mendapat informasi lagi dari kakak kelasku di SMA bahwa ada seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara. Awalnya aku ragu karena seleksinya cukup berat dan memakan biaya yang tidak sedikit karena seleksinya di adakan di pulau Bangka. Namun aku langkahkan juga niat itu. Aku lalui semua apa adanya dan ternyata aku beruntung. Sekarang aku sudah merasakan udara dingin yang membuat darah membeku. Kepahitan yang aku rasakan terbayarkan dengan perjalan selama 35 jam dari Jakarta. Aku berangkat menuju Kanada, negeri yang terkenal dengan maple cantiknya. Sesuatu yang sangat mustahil untuk orang miskin sepertiku.
Sebelum kau menyerah di dunia ini, katakanlah pada hatimu bahwa dunia ini seimbang. Sebanyak apa kau mencari kegagalan, sebanyak itu pula kesuksesan akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar