Baiklah mari kita mulai. Bacalah dan tela’ah lalu bayangkan.
Coba bayangkan siapa saja yang pernah gagal didunia ini?
Jawabnya pasti semua orang. Akan sangat lucu apabila kita hidup terlalu mulus
tanpa goresan. Tak ada tangisan dan luka di dada. Sebesar apa rasa sakitmu,
sebesar itu pula rasa senang yang kau dapat. Inilah kisahku.
Aku sangat sakit ketika melihat seorang anak kecil yang
berada di pundak ayahnya. Kenapa? Karena aku tidak pernah merasakannya. Aku
sakit ketika mengikuti berbagai perlombaan dan di situ penilaian dengan sistem
juri, aku kalah. Salah satu murid jurinya menjadi juara padahal secara kualitas
aku yakin murid sang juri itu tidak ada apa-apanya. Aku sakit saat mengikuti
SNMPTN .
Kehidupan ini mengalir, setiap orang memiliki ceritanya masing-masing.
Namun aku memilih menjadi yang mengalir itu karena apa akhirnya aku
mengalaminya juga. Aku tak tau apa yang ingin aku jadikan sebagai motivasi.
Pacar? Orang tua? Sahabat? Amarah? Aku tak mendapatkan motivasi itu. Aku hanya
percaya pada hatiku.
Beberapa kegagalan kecil yang aku dapat sebelum kegagalan
itu terbayar oleh kesuksesan.
1.
Aku gagal mendapatkan kasih sayang seorang
bapak.
2.
Aku gagal menjadi teman yang baik.
3.
Aku gagal menjadi juara karena dicurangi.
Akhirnya, waktu kesuksesanku berakhir ketika aku bertemu dan
harus bersaing dengan orang-orang hebat di masa SMA. Nilai-nilaiku yang aku
banggakan tidak mampu menandingi nilai-nilai mereka. Aku terpuruk dan
terkucilkan. Parahnya, aku mengucilkan diriku sendiri. Aku menoleh
kesana-kemari agar bisa menjadi seperti mereka dan kupilih satu orang untuk
menjadi model percontohan untuk hidupku karena nilai ulangannya yang selalu
tinggi. Aku mulai meniru cara dia belajar yang selalu membawa buku kemana-mana
dan menghafalkan setiap kata di dalam buku. Aku pikir dia orang yang tepat
untuk dijadikan contoh. Ulangan harian berlangsung kembali namun nilaiku tetap
saja seperti biasa. Aku gagal.
Akhirnya waktu kegagalanku di mulai ketika aku malas belajar
untuk persiapan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Aku gagal masuk
universitas negeri di Jakarta. Aku mulai menjadi pecundang dan dikucilkan.
Parahnya, aku mengucilkan diriku sendiri hingga aku memutuskan untuk kembali ke
kampung halamanku, pulau Belitung.
Banyak suara yang menyarankan aku untuk tetap kuliah dan aku
turuti. Aku masuk ke lembaga pendidikan yang berbeda arah dari pendidikanku di
SMA. Aku tak menyesal, hanya saja aku merasa kurang nyaman. Aku menjadi ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa. Namun tak satupun kegiatan yang berhasil ditanganku.
Aku menyalahkan orang lain seolah aku ini jauh lebih hebat dari mereka. Aku
pasrahkan saja karena kenyataannya jiwa kepemimpinanku tidak menonjol.
Semester kedua aku pasif berorganisasi di kampus karena aku
sudah bekerja di salah satu dinas di kabupatenku. Pagi kerja dan sore hingga
malam kuliah. Sampai dirumah badanku terasa remuk. Selama enam bulan keadaan
itu berlangsung.
Hari itu kampus menginformasikan bahwa ada pemilihan Bujang
Dayang Belitung Timur tahun 2012. Aku ikut seleksi dan lolos ke fase selanjutnya.
Keesokkan harinya peserta yang lolos seleksi di minta untuk kembali. Namun apa
yang aku dapat disana “Namamu tidak ada di daftar. Mungkin kemarin kamu salah
dengar.” Padahal teman sekampusku juga mendengar kalau aku lolos seleksi. Setelah
aku cari tahu ternyata salahku adalah tidak memakai high heels saat seleksi. Perasaanku yang sudah melambung tinggi
terhempas jatuh kebumi. Aku merasa di khianati oleh kecurangan yang
terang-terangan berada di depan mataku. Aku
hanya bisa DIAM.
Beberapa saat setelah itu aku mendapat informasi lagi dari
kakak kelasku di SMA bahwa ada seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara. Awalnya
aku ragu karena seleksinya cukup berat dan memakan biaya yang tidak sedikit
karena seleksinya di adakan di pulau Bangka. Namun aku langkahkan juga niat
itu. Aku lalui semua apa adanya dan ternyata aku beruntung. Sekarang aku sudah
merasakan udara dingin yang membuat darah membeku. Kepahitan yang aku rasakan terbayarkan
dengan perjalan selama 35 jam dari Jakarta. Aku berangkat menuju Kanada, negeri
yang terkenal dengan maple cantiknya. Sesuatu yang sangat mustahil untuk orang
miskin sepertiku.
Sebelum kau menyerah di dunia ini, katakanlah pada hatimu
bahwa dunia ini seimbang. Sebanyak apa kau mencari kegagalan, sebanyak itu pula
kesuksesan akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar