Selasa, 02 Februari 2016

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck


Malam itu, kami semua sepakat untuk menonton bersama di sela-sela penatnya menjalani KKN. Aku, Dinda, Nur, Afifa, dan Nida setuju untuk menonton film tenggelamnya kapal van der wijck. Kabel speaker yg lebih besar disambungkan ke laptop. Sementara lampu dimatikan hingga serasa suasana bioskop kecil-kecilan.

Film di awali dengan kebingungan seorang anak laki-laki campuran minang dan makassar. Di makassar dirinya ditolak sebagai orang makassar sehingga dia bertekad untuk pergi ke padang dan menapaki jejak-jejak kampung halaman bapaknya. Di sanalah kemudian dia bertemu dengan seorang bungo kampuang bernama Hayati. Hayati cantik dan baik hati tapi sayang kekuatan adat istiadat mengalahkan cinta Zainuddin terhadapnya.

Janji besar dipatahkan begitu saja oleh Hayati. Dia pergi menikahi pria kaya dari kalangannya sendiri yang bernama Aziz. Aziz tidaklah sebaik yang Hayati bayangkan, dia pejudi berat. Akan tetapi Hayati telah memilih bahwa tanpa kekayaan dia tidak bisa hidup bahagia.

Dengan setengah gila, Zainuddin bangkit dari keterpurukannya. Dia meninggalkan tanah minang dan merantau ke Batavia. Batavia memberikan kebebasan yang lebih baginya untuk memulai karir. Dia menulis dan menuangkan keperihan hatinya ke dalam tulisan yang membombardir dunia sastra indonesia kala itu.

Bersama dengan kesuksesan Zainuddin sebagai penulis dia pun ditawari perusahaan cetak yang terabaikan di Surabaya. Gayung bersambut hati gembira, selangkah demi selangkah kredibilitasnya naik dan terus menjadi orang terpandang di tempatnya.
Disisi lain, Aziz dipindahtugaskan ke Surabaya dan menetap di sana. Pertemuan tidak terelakkan antara Hayati dan Zainuddin.

Aziz dan Hayati diundang ke pesta yang digelar oleh Zainuddin. Aziz yang menemui kebangrutan akhirnya mengakui kesuksesan Zainuddin dan pada akhirnya meminta pertolongannya jua setelah terusir dari rumahnya sendiri. Mereka berdua ditanggung hidupnya oleh Zainuddin. Telah sebulan berlalu akhirnya Aziz jatuh sakit lantaran malu dengan dirinya sendiri.

Aziz kemudian meninggalkan surabaya untuk memulai karirnya kembali. Akan tetapi dia gagal dan putus asa hingga bunuh diri. Kemudian melepaskan Hayati untuk Zainuddin. Zainuddin yang marah memutuskan untuk memulangkan Hayati ke Padang menggunakan kapal Van Der Wijck. Naas, kapal tersebut tenggelam begitu juga cinta Zainuddin dan Hayati.

Zainuddin berlari ke tempat korban-korban tenggelamnya kapal tersebut mencoba menarik kembali benang yang telah putus. Tetapi benang yang putus tidaklah lagi tergapai oleh tangan. Hayati meninggal dunia di pangkuan Zainuddin dengan mengatakan kembali cintanya yang tak sampai. "Selamat tinggal Zainuddin, semoga kelak cinta kita kembali dipertemukan di surga".

That was a great Indonesian movie I ever watch. It also become my first best list now.

It finished but the bad thing happend before the movie ended. A boy from my grup coming home. We shock because no one of us wearing our hijab. It's just like an earthquake.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar